Pada kesempatan kali ini bang iyon ingin berbagi catatan refleksi setelah mempelajari beberapa materi di program pendidikan guru penggerak. Tulisan ini bang iyon buat setelah selesai mempelajari materi di modul 3.1, yakni pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan sebagai pemimpin.
Mari kita mulai dengan quote menarik dari Bob Talbert berikut:
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)
Kutipan quote tersebut mengandung makna bahwa meskipun penting untuk mengajarkan anak-anak tentang keterampilan matematika seperti menghitung, namun yang lebih penting adalah mengajarkan mereka nilai-nilai kebajikan yang akan membentuk karakter dan integritas mereka sebagai individu yang baik. Dalam konteks pembelajaran pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin, hal ini menunjukkan bahwa keputusan yang diambil seorang pemimpin tidak hanya didasarkan pada keterampilan teknis semata, namun juga didasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang dianutnya. Seorang pemimpin yang berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan akan lebih mampu membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab secara moral, sehingga dapat mempengaruhi orang lain untuk mengikuti jalan yang benar. Oleh karena itu, belajar mengenai pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan merupakan hal yang penting untuk mengembangkan kepemimpinan yang efektif dan bermartabat.
Nilai filosofi KHD dalam seni pengambilan keputusan
Prinsip pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan ini berkaitan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Trilokanya mempunyai kaitan dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin karena keduanya memiliki pandangan yang sama mengenai pentingnya membentuk karakter yang kuat dalam diri seseorang. Ki Hajar Dewantara mengajarkan pentingnya pendidikan karakter yang berorientasi pada kebebasan, kemandirian, dan keberanian untuk berpikir kritis. Sementara itu, Pratap Triloka menekankan pentingnya memahami diri sendiri, yaitu dengan menemukan kebenaran dalam diri sendiri.
Dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang dapat mempengaruhi prinsip-prinsip yang diambil dalam pengambilan keputusan tersebut. Jika nilai-nilai tersebut berpusat pada kejujuran, integritas, dan tanggung jawab, maka keputusan yang diambil akan lebih condong pada kebaikan bersama dan kepentingan organisasi. Sebaliknya, jika nilai-nilai tersebut tidak sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut, maka keputusan yang diambil akan lebih condong pada kepentingan pribadi atau kelompok.
Seni coaching dalam pengambilan keputusan
Prinsip pengambilan keputusan ini pun berkaitan dengan coaching. Dalam kegiatan coaching, fasilitator/coach berperan untuk membantu individu untuk memahami dan mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan yang efektif. Coaching dapat membantu individu/coachee untuk mempertimbangkan berbagai alternatif, mengevaluasi konsekuensi dari setiap alternatif, dan membuat keputusan yang paling tepat berdasarkan informasi yang tersedia. Coaching juga dapat membantu individu untuk memperkuat nilai-nilai yang sejalan dengan prinsip-prinsip yang diperlukan untuk pengambilan keputusan yang efektif.
Setelah pengambilan keputusan, coaching dapat membantu individu untuk mengevaluasi keputusan yang telah diambil dan mencari cara untuk meningkatkan pengambilan keputusan di masa depan. Coaching dapat membantu individu untuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang muncul dari keputusan yang telah diambil untuk memprediksi hasil dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Aspek sosial emosional dalam pengambilan keputusan
Kaitannya dengan peran guru dalam lingkungan sekolah, pengambilan keputusan yang dilakukan sang guru berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan yang diyakininya. Selain itu, kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, khususnya dalam masalah dilema etika. Guru yang memiliki kemampuan sosial emosional yang baik akan lebih mudah untuk memahami dan mengelola emosi dan perasaan murid, sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dalam mengatasi dilema etika yang dihadapi. Selain itu, guru yang memiliki kemampuan sosial emosional yang baik akan lebih mampu membantu murid dalam mengatasi masalah sosial dan emosional yang muncul dalam lingkungan belajar.
Ketika dihadapkan pada studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, tentu hal tersebut akan kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Seorang pendidik harus memiliki nilai moral dan etika yang kuat, sehingga dapat memberikan contoh yang baik bagi murid. Dalam menghadapi kasus moral atau etika, seorang pendidik harus mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang dianutnya, serta harus membantu murid untuk memahami dan mengembangkan nilai-nilai moral dan etika yang baik.
Pengambilan keputusan yang tepat dalam kasus dilema etika akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Murid akan merasa lebih percaya diri dan nyaman dalam lingkungan belajar yang positif, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
Tantangan dalam pengambilan keputusan
Tantangan yang sering dihadapi dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika adalah adanya perbedaan pandangan dan nilai-nilai yang dianut oleh individu atau kelompok dalam lingkungan. Hal ini dapat diatasi dengan adanya dialog dan diskusi yang terbuka serta mendengarkan pandangan dari semua pihak yang terlibat. Perubahan paradigma di lingkungan juga dapat mempengaruhi cara pandang dan penyelesaian masalah yang diterapkan dalam pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika
Pengaruh keputusan pemimpin pembelajaran terhadap murid
Pengambilan keputusan yang kita ambil dalam kasus dilema etika ini memiliki pengaruh yang besar terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Pengajaran yang memerdekakan harus menghargai kebebasan dan martabat manusia serta mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Oleh karena itu, kita harus memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda dengan menghargai keunikan dan keberagaman mereka.
Seorang pemimpin pembelajaran, seperti seorang kepala sekolah atau guru, memiliki tanggung jawab besar dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pendidikan dan pengembangan murid-muridnya. Keputusan yang diambil dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya secara signifikan.
Sebagai contoh, seorang kepala sekolah yang mengambil keputusan untuk mengembangkan program pendidikan yang lebih inklusif dan berfokus pada pengembangan potensi individu, dapat memberikan dampak positif bagi murid-muridnya. Program tersebut dapat membantu murid-murid yang memiliki kebutuhan khusus atau kurang mampu dalam mengembangkan potensi mereka dan meraih prestasi yang lebih baik.
Sebaliknya, keputusan yang kurang tepat atau tidak memperhatikan kepentingan murid-murid dapat berdampak negatif pada masa depan mereka. Sebagai contoh, jika seorang guru memutuskan untuk mengabaikan masalah bullying/perundungan yang terjadi di lingkungan belajar, hal tersebut dapat merusak kesejahteraan emosional dan psikologis murid yang menjadi korban.
Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang pemimpin pembelajaran untuk mempertimbangkan dengan seksama setiap keputusan yang diambil, dan memastikan bahwa keputusan tersebut memperhatikan kepentingan dan kebutuhan murid-murid. Seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengambil keputusan dengan tepat dan mempertimbangkan dampaknya terhadap murid-muridnya, akan mampu memberikan pengaruh positif dalam kehidupan dan masa depan murid-muridnya.
Sebuah Benang Merah
Jika kita tarik benang merah antara modul pembelajaran berdiferensiasi, coaching untuk supervisi akademik,pembelajaran kompetensi sosial dan emosional, filosofi pendidikan ki hadjar dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak dan budaya positif dengan materi terakhir yakni pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan, ada beberapa hal yang dapat kita temukan yakni:
1. Pengambilan keputusan merupakan salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran dan pengembangan diri. Hal ini berkaitan erat dengan modul pembelajaran berdiferensiasi, coaching untuk supervisi akademik, pembelajaran kompetensi sosial dan emosional, serta filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Seorang guru penggerak yang memiliki visi dan nilai yang kuat akan mampu mengambil keputusan dengan tepat dan memperhatikan kepentingan murid-muridnya.
2. Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya juga berpengaruh pada pengambilan keputusan terutama dalam masalah dilema etika. Hal ini berkaitan erat dengan modul pembelajaran kompetensi sosial dan emosional serta budaya positif. Seorang guru yang memiliki kemampuan untuk memahami dan merespons kebutuhan emosional dan sosial muridnya akan mampu mengambil keputusan yang lebih tepat dan memperhatikan kepentingan murid-murid.
3. Pengambilan keputusan yang tepat berdampak pada terciptanya lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Hal ini berkaitan erat dengan modul budaya positif. Seorang guru penggerak yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif akan mampu mengoptimalkan proses pembelajaran dan pengembangan diri murid-muridnya.
Secara sederhana dapat kita katakan bahwa bahwa modul-modul sebelumnya dan modul pembelajaran pengambilan keputusan saling terkait dan saling mempengaruhi dalam proses pembelajaran dan pengembangan diri. Seorang guru penggerak yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam modul-modul tersebut akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang optimal dan membantu murid-muridnya mencapai potensi terbaiknya.
Pentingnya pemahaman dilema etika dan bujukan moral
Dalam pengambilan sebuah keputusan, pemahaman yang mendalam tentang dilema etika dan bujukan moral sangat penting dalam pengambilan keputusan yang tepat dan etis. 4 paradigma pengambilan keputusan yang meliputi individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan, keadilan lawan belas kasihan dan angka pendek lawan jangka panjang dapat membantu kita memahami sudut pandang yang berbeda-beda dalam pengambilan keputusan.
Demikian pula 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli, harus dipertimbangkan secara seimbang dalam pengambilan keputusan. Selain itu, 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dapat membantu kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dan menghindari bias, apakah termasuk dilema etika atau bujukan moral. Hal penting adalah mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan, terutama ketika terdapat dilema etika atau bujukan moral. Terkadang proses pengambilan keputusan tidak selalu sederhana dan dapat memerlukan analisis yang lebih mendalam dan refleksi atas nilai-nilai yang mendasarinya.
Sebelum mempelajari modul Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin ini, pengambilan keputusan dalam situasi moral dilemma lebih cenderung menguntungkan pihak kelompok tertentu, atau dalam situasi ini biasanya cenderung menguntungkan sekolah (para guru) bukan berpihak pada murid. Inilah yang membedakan dengan yang dipelajari di materi ini. Dari pembelajaran materi ini, saya menemukan bahwa tidak ada benar atau salah pada jawaban atas berbagai kasus yang ada, selama pengambilan keputusan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, kepentingan murid, dan rasa tanggung jawab.
Bersyukur bang iyon dapat mempelajari konsep ini, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai kebajikan dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diaplikasikan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam situasi dilema moral, juga memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi nilai-nilai yang terlibat dalam situasi yang kompleks dan ambigu. Serta tambahan wawasan tentang bagaiman memperhitungkan konsekuensi jangka panjang dan dampaknya pada berbagai pihak yang terlibat.
Oleh karena itu, mempelajari topik modul Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin sangat penting bagi seorang individu dan pemimpin. Sebagai individu, kita akan selalu dihadapkan pada situasi-situasi di mana kita harus membuat keputusan, terutama dalam situasi dilema moral atau etika. Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tepat dalam pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan akan membantu kita membuat keputusan yang lebih baik dan etis.
Sementara itu, bagi seorang pemimpin, kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dan etis sangat penting untuk memimpin tim atau organisasi dengan baik. Dalam situasi yang kompleks dan sulit, seorang pemimpin yang mampu memilih opsi yang terbaik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan dapat membawa perubahan yang positif bagi organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya. Selain itu, pemimpin yang mempraktikkan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan juga dapat membangun budaya organisasi yang berintegritas dan bertanggung jawab.
No comments:
Post a Comment